REJANG LEBONG, MSN – Sam Ihim (50) warga Desa Air Apo, Kecamatan Binduriang Kabupaten Rejang Lebong (RL), Provinsi Bengkulu, terpaksa hidup dan tinggal di gubuk reot berukuran sekitar 2×3 meter.
Gubuk reot yang berjarak sekitar 5 meter dari jalan lintas Curup menuju kota Lubuklinggu ini, berdindingkan pelupuh (bambu belah), beratapkan seperan papan bekas dan berlantai tanah ini menjadi tempat Sam Ihin mengahiskan waktu kesehariannya.
Pria yatim piatu terpaksa hidup sendiri setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, penderitaannya tak hanya berhenti disitu, dia sempat mengalami gangguan jiwa saat menerima kenyataan pahit yang dia alami, terlebih saat kakak kandungnya yang ia cintai bernama Udin meninggal dunia karena hanyut terbawa arus aliran sungai puluhan tahun silam”, kisah Sam Ihim, rabu (17/1/2018).
Sekarang Pria berambut gondrong ini terpaksa hidup sebatang kara menempati gubuk reot yang hampir roboh tanpa diterangi cahaya listrik, saat malam hari dirinya hanya ditemani lampu teplok atau lampu minyak tanah.
Untuk makan sehari-hari, dirinya terpaksa mencari rebung dan pakis untuk dijual demi memenuhi kebutuhan perut, hasinyapun tidak banyak, hanya cukup membeli beras setengah ataupun satu kilo, dan juga untuk memasak, dia tidak memiliki dapur, hanya ada tempat memasak di depan dengan perabotan seadanya seperti periuk usang dan kuali saja.
“terkadang ada pengendara yang lewat memberi uang dan makanan, terkadang juga ada tetangga yang memberi beras dan sayur”, kata Sam.
Sam tidak seberuntung teman seangkatannya, sebab di usianya ini, seharusnya sudah memiliki keluarga atau pendamping hidup, namun Sam kini masih menyandang status bujang alias lajang.
Menurutnya, hingga sekarang dirinya belum pernah diperhatikan dan belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah.
“Saya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Jangankan bantuan, KTP (Kartu Tanda Penduduk) saja saya tidak punya”, terang Sam Ihim. (Mansur)