REJANG LEBONG, MSN – Kesulitan mendapat pupuk, petani sawah di Desa Durian Mas, Kecamatan Kota Padang, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu, terpaksa barter (tukar) beras dengan pupuk guna memupuk padi disawah mereka.
Padahal, untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, petani sawah sangat membutuhkan pupuk. Namun karena di Desanya belum ada kios resmi penjual pupuk, maka merasa kesulitan untuk mendapatkan pupuk, sehingga, dengan terpaksa petani tukar beras dengan pupuk, inipun tidak sepadan.
Karena 50 kg pupuk Orea dan 50 kg pupuk jenis Poska, dengan total 100 kg ini, petani terpaksa menukarnya dengan 60 kg beras, atau sekitar 600 ribu rupiah yang dibayar saat selesai panen padi.
Sekali musim panen, satu hektar sawah petani membutuhkan pupuk paling sedikit 200 kg, artinya, untuk satu kali penen, para petani sawah terpaksa membayar biaya beras mencapai 120 kg atau sekitar 1200 ribu rupiah demi untuk mendapatkan pupuk.
Salah satu petani, Sabar (50) menjelaskan, dirinya sangat terpaksa barter atau menukar berasnya dengan pupuk, dan keterbatasan biaya juga menjadi salah satu paktor dirinya kesulitan untuk mendapatkan pupuk”, katanya mengeluh.
“Kita terpaksa menukar beras dengan pupuk, karena kita kesulitan mendapatkan pupuk,” ujar Sabar.
Saat ini, lanjut dia, harga pupuk orea per zak atau per karung 50 kg mencapai 150 ribu rupiah, dan harga pupuk poska per zaknya 180 ribu rupiah.
Walau dirinya termasuk dalam kelompok tani di Desanya, namun dia mengaku belum pernah mendapat bantuan pupuk. “Bantuan yang ada hanya racun hama tikus”, katanya.
Diceritakannya, dulu sekitar satu tahun yang lalu, pernah ada bantuan pupuk, bantuan pupuk itu cuma satu zak”, terang Sabar.
Dengan kesulitan dirinya untuk mendapatkan pupuk, dia berharap kepada Pemerintah agar turun langsung kelapangan, agar bisa melihat langsung dan mengetahui kondisi petani sawah yang ada di Desa kami”, katanya berharap.
Sementara itu, Kepala Desa Durian Mas, Henli Rosa didampingi Seketaris Desa (Sekdes), Sari Alamsyah membenarkan kalau petani di desanya kesulitan mendapatkan pupuk.
“Di Desa kita tidak ada kios pupuk, jadi petani ini membeli pupuk diwarung-warung atau memesan dari luar Desa,” kata Henli.
Dirinya juga membenarkan petani sawah di Desanya kesulitan mendapat pupuk, sehingga terpaksa mereka (petani) menukarkan berasnya demi mendapatkan pupuk,” ungkap Kepala Desa.
“untuk mendapatkan pupuk, terpaksa petani menukarnya dengan beras, kalau tidak, maka sawah petani terancam tidak dipupuk, akibatnya hasil panennya tidak maksimal”, pungkasnya. (Mansur)